Profil Bale Juroeng

Bale Juroeng

Bale Juroeng adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat, berdiri 6 April 1999 di Langsa, Aceh dengan aktivitas utama dibidang Lingkungan Hidup dan Budaya, berbasiskan pada masyarakat, tidak mengambil untung, melakukan kegiatan secara swadaya, juga dapat melakukan kerjasama dengan lembaga pemerintah, organisasi, dunia usaha, dan individu di dalam dan luar negeri dengan tatanan kerja saling menghormati dan dapat diperc

Aktivitas Bale Juroeng

Bale Juroeng dalam melakukan aktivitas kegiatannya, menjunjung tinggi kearifan lokal, tidak melanggar etika beragama, budaya, suku dan antar golongan, bekerja sesuai kemampuan sumber daya manusia yang kami miliki, dan memastikan pekerjaan tersebut dapat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan dan budaya di wilayah kerja.


Tujuan Kami

  • Mendukung rakyat dan masyarakat serta negara untuk menentukan masa depan pengelolaan lingkungan dan budaya secara berkelanjutan.
  • Memastikan bahwa setiap kegiatan dari dana hibah berjalan sesuai perencanaan sehingga bermanfaat bagi lingkungan yang tepat dan kegiatan tersebut dijalankan sesuai dengan arahan lingkungan, tata cara, sifat sosial dan budaya lokal.


23 Januari 2009

Hutan Kota Langsa


Langsa 18 Januari 2009, matahari bersinar terang dan sudah 3 hari keluar dari hujan yang terus menerus membasahi kota ini. Hutan Kota Langsa adalah kumpulan hutan seluas 10 ha di Paya Bujuk Seuleumak, di sini airnya begitu bening, udara segar, kicauan burung tak henti-henti berbunyi bercampur dengan suara kodok dan kura-kura jika mereka yang peduli terhadap lingkungan tentu merasa betah bermalas-malasan di hutan ini.

Suara azan Dzuhur terdengar mengumandang, terlihat 4 personil LSM Bale Juroeng berhenti dari aktivitas mereka merawat Hutan Kota Langsa. Kegiatan rutin ini sudah menjadi hal yang biasa bagi segenab relawan khususnya di hari minggu full time di hutan ini, untuk urusan beribadah merupakan satu-satunya kegiatan yang wajib berhenti dari semua aktivitas, setelah sholat dilaksanakan untuk urusan konsumsi personil Lembaga Swadaya Masyarakat ini tidak merupakan tantangan karena di kantor mereka yang sederhana telah tersedia beras, mie instan, kacang hijau dan banyak lagi.

Sekilas apakah semuanya di masak dengan kompor gas atau menggunakan kompor bahan bakar minyak lampu, ternyata tidak demikian, mereka memasak di hutan ini memakai kompor yang diberi nama Save80 Stove dengan bahan bakar kayu. Oh itukan LSM lingkungan kok memasak dengan kayu, yah banyak warga Langsa terkejut jika melihat mereka memasak ternyata kompor mereka benar-benar kompor ajaib, untuk memasak air sebanyak 6 liter mereka hanya memerlukan ranting kayu kering hanya seberat 2 ons saja, dan untuk memasak nasi kompor tersebut hanya membutuhkan 3 ons ranting kayu dan kira-kira 20 atau 25 menit kemudian nasi sudah siap disantap, yang lebih luar biasa kompor tersebut juga memiliki komponen tambahan untuk menyimpan air dan nasi tetap hangat selama 8 jam.

Memang kompor Save80 tersebut bukan dibuat di Indonesia, tetapi di produksi di Jerman oleh Climate Change yaitu sebuah perusahaan industri skala rumah tangga di Jerman yang selama 15 tahun melakukan uji coba sampai kompor tersebut siap dipasarkan dengan jumlah terbatas dalam rangka penghematan pemakaian bahan bakar baik yang berasal dari fosil maupun kayu dan batu bara. Lewat jaringan kerja LSM Bale Juroeng di Jerman yaitu Diakonie Katastrophenhilfe-Germany (DKH) kami dipercakan untuk mengimpor kompor tersebut dalam rangka kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi wilayah Aceh-Nias dan dibagikan kepada masyarakat korban bencana lewat LSM lokal yang menjadi mitra mereka.

Jika teman-teman alumni SMA negeri 1 Langsa, kebetulan yang berada di luar kota tercinta kita ini lagi pulang kampung, jangan lupa untuk melihat hutan tersisa di dalam kota Langsa tersebut, dan jika membawa ikan segar atau ayam untuk dipanggang maka kompor Save80 siap membantu melejatkan apa pun yang dipanggang. Kami tunggu sahabat-sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar