Profil Bale Juroeng

Bale Juroeng

Bale Juroeng adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat, berdiri 6 April 1999 di Langsa, Aceh dengan aktivitas utama dibidang Lingkungan Hidup dan Budaya, berbasiskan pada masyarakat, tidak mengambil untung, melakukan kegiatan secara swadaya, juga dapat melakukan kerjasama dengan lembaga pemerintah, organisasi, dunia usaha, dan individu di dalam dan luar negeri dengan tatanan kerja saling menghormati dan dapat diperc

Aktivitas Bale Juroeng

Bale Juroeng dalam melakukan aktivitas kegiatannya, menjunjung tinggi kearifan lokal, tidak melanggar etika beragama, budaya, suku dan antar golongan, bekerja sesuai kemampuan sumber daya manusia yang kami miliki, dan memastikan pekerjaan tersebut dapat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan dan budaya di wilayah kerja.


Tujuan Kami

  • Mendukung rakyat dan masyarakat serta negara untuk menentukan masa depan pengelolaan lingkungan dan budaya secara berkelanjutan.
  • Memastikan bahwa setiap kegiatan dari dana hibah berjalan sesuai perencanaan sehingga bermanfaat bagi lingkungan yang tepat dan kegiatan tersebut dijalankan sesuai dengan arahan lingkungan, tata cara, sifat sosial dan budaya lokal.


05 Oktober 2011

PERJALANAN SEBATANG KAYU DAMAR DARI HUTAN ACEH




Melihat Kebelakang

Pada bulan Juli tahun 1893, angin berhembus kencang disepanjang Pengunungan Bukit Barisan. Pohon Damar, sedang berbunga mengikuti siklus lima tahunan.

Hembusan angin menebarkan harum khas hutan dan juga menebarkan perbungaan pohon damar dan jenis pohon lainnya yang juga sedang berbunga. Perbungaan yang telah menyerbuki, jatuh ke bumi, disekitar tanah lembab dan menyimpan banyak cadangan air.

Sinar matahari secara samar – samar dari balik dedaunan tembus menyinari tanah, hari berganti bulan penyerbukan bunga damar tumbuh menjadi kecambah, awal tahun 1894 pohon damar muda sudah berkembang dan tumbuh mencapai ketinggian 30 cm.

Tahun 1894, hampir sebagian besar hutan pulau Sumatera masih dalam bentuk hutan perawan, iklim berjalan normal, saat musim penghujan turun dengan lebat, tetapi tidak menyebabkan banjir, air hujan yang jatuh ke bumi, dengan cepat dapat terserap kedalam tanah oleh trilyunan jumlah akar tumbuhan.

Pada saat musim kemarau, sinar matahari melimpahkan energi kehidupan bagi pohon-pohon muda untuk terus berkembang hidup, sesekali hujan tetap turun rutin untuk membasahi bumi, ketersediaan air bagi seluruh makhluk hidup tetap dapat terpenuhi.

Pohon Damar muda tanpa terasa sudah berumur 10 tahun pada tahun 1903, pada saat yang sama Kolonial Belanda dapat menguasai beberapa bagian dari wilayah Aceh.

Praktis sejak tahun 1903 hampir seluruh pulau Sumatera telah diduduki oleh Belanda, kota bekas kerajaan yang telah ada mulai ditata dengan konsep barat, kota – kota baru juga bermunculan dibuat untuk kepentingan Kolonial yang secara khusus sebenarnya adalah untuk mendukung pembukaan perkebunan skala besar untuk komoditi seperti; karet, kopi, tembakau, teh, kina dan tebu.

Pohon Damar Terus Tumbuh

Kawasan hutan mulai di eksploitasi secara besar-besaran, terjadi perubahan lingkungan untuk mencukupi lahan perkebunan skala besar.

Pohon-pohon damar tua dan jenis pohon besar lainnya bertumbangan di tebang, lahan nya untuk perkebunan, kayu-kayu nya di olah untuk dijadikan papan dan juga broti guna untuk membangun kantor serta perumahan untuk pemerintah Kolonial, termasuk barak-barak sederhana bagi transmigrasi yang di bawa khusus dari pulau Jawa ke pulau Sumatera, setiap kayu yang ditebang dimanfaatkan bagi kepentingan lainnya seperti pembuatan bantalan kereta api, perabot, jembatan, menara dan tiang pagar.

Pohon damar muda terus tumbuh dan dapat berkembang, karena lokasi ia tumbuh masih terlalu jauh dari kegiatan eksploitasi Kolonial atau berada di dalam hutan rimba.

Tahun 1923, pohon damar telah berusia 30 tahun, ketinggiannya telah mencapai 25 meter dengan diameter batang 30 cm. Pemerintah Kolonial Belanda terus memperluas areal perkebunan, sehingga jarak eksploitasi hutan untuk kebutuhan lahan perkebunan sudah mulai mendekat pohon damar muda.

Pada tahun 1930, selain membuka areal hutan untuk lahan perkebunan, Pemerintah Belanda mulai gencar mencari sumber-sumber bahan tambang dan mineral di pulau Sumatera, terutama untuk mencari sumber cadangan minyak bumi yang pada saat itu mulai dirasakan sebagai komoditi utama perdagangan dunia menggantikan rempah-rempah, di lain pihak pada saat yang sama bahan bakar minyak sangat diperlukan untuk mendukung terlaksananya revolusi industri di Benua Eropa, penemuan dan perbaikan mesin kenderaan bermotor dan rekayasa mesin pesawat udara.

Pada saat yang sama (1930), pohon damar telah berumur 37 tahun, tetap tumbuh dan berkembang, 4 tahun kemudian yaitu tahun 1934, lokasi tempat tumbuhnya pohon damar telah dimasuki beberapa kali (sejak 1920) oleh Tim Ekspedisi Belanda untuk mencari minyak bumi.

Sunguh beruntung nasib pohon damar, karena Tim Ekspedisi Geologi tersebut tidak menemukan sumber mineral tambang terutama minyak bumi, beberapa sumber tambang lainnya disimpulkan tidak layak tambang, tetapi terdapat hal yang sangat menggembirakan, yaitu Tim Ekspedisi terpesona akan kekayaan keanekaragaman hayati serta keindahan daerah pemantauan dan mereka yang berada di tim tersebut lebih tertarik untuk mengusulkan daerah ini sebagai daerah perlindungan.

Pada tahun yang sama 1934, usulan yang diajukan oleh Tim Ekspedisi disetujui oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk melindungi kawasan hutan tempat tumbuhnya pohon damar sebagai Kawasan perlindungan Alam yang perlu dijaga kelestariaanya.

Pohon Damar Memperoleh Perlindungan Sementara

Sampai masuknya pemerintah Jepang di Kepulauan Nusantara pada tahun 1942, pohon damar telah berusia 50 tahun, ketinggiannya telah mencapai 35 meter, tidak terjadi gangguan terhadap pertumbuhan pohon damar saat Pemerintah Jepang berada di Indonesia.

Menurut ruang dan waktu antara 1942 – 1945 selama tiga tahun Jepang menguasai nusantara mereka tidak sempat memikirkan eksploitasi wilayah hutan atau daerah dataran tinggi yang tidak strategis dari segi pertahanan. Pemerintah Kolonial Jepang lebih memfokuskan diri mereka menjaga wilayah garis pantai Indonesia dari serangan Sekutu.

Pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 atau pada masa jatuhnya orde lama, pohon damar masih tetap tegar bertahan tumbuh dan terus berkembang.

Sampai tahun 1966 telah berusia 73 tahun, tingginya telah mencapai 50 meter dengan diameter batang kurang lebih 60 cm.

Tahun 1970, kawasan tempat tumbuhnya pohon damar memperoleh perhatian sebagai bagian hutan dalam bentuk Kawasan Pelestarian Kehidupan Hutan Leuser, untuk sementara pohon damar dapat terjamin terus tumbuh dan berkembang bersama pohon-pohon jenis lainnya dan ini adalah bentuk peraturan perlindungan pertama dibuat oleh bangsa yang merdeka 25 tahun.

Sejak tanggal 6 Maret 1980, terjadi kemajuan yang signifikan terhadap upaya perlindungan kawasan ini, yaitu dengan menetapkan menjadi Kawasan Pelestarian Liar Gunung Leuser, secara khusus pohon damar berseri dapat terus hidup dan menjadi lebih khusus areal tersebut di tanda tangani oleh Menteri Pertanian menjadi Taman Nasional Gunung Leuser.

Tahun 1980, damar telah berusia 87 tahun merupakan pohon yang relatif menonjol terlihat di antara puluhan ribu jenis tanaman yang tumbuh di kawasan hutan Leuser, menjadi gagah tetapi juga menyimpan suatu keadaan berbahaya bagi pohon damar yang menutupi kanopi sahabat-sahabatnya, karena ia menjadi tolak ukur mudahnya terlihat dari kejauhan banyak mata Pion dan Otak Teroris Lingkungan memandangnya.

Di antara ketetapan hukum untuk melindungi kawasan hutan akan memberikan hal yang positif untuk suatu waktu tertentu bagi kelangsungan hidup semua jenis tanaman dan hewan yang berada di dalam kawasan lindung, dan di antara penetapan hukum juga membuka kesempatan tertekannya kawasan hutan lindung jika hutan produksi berbatasan letaknya dengan kawasan konservasi.

Akhir Kehidupan Pohon Damar

Memasuki era tahun sembilan puluhan, kawasan tempat tumbuhnya pohon damar telah dilindungi dan menjadi kawasan konservasi alam yang relatif sangat luas, seharusnya menjadi lebih pasti, akan tetapi terjadi sebaliknya pohon damar dan sahabat-sahabatnya, kelangsungan hidup mereka semakin menjadi tidak pasti.

Teknik-teknik penebangan kayu secara illegal terus berkembang dan peralatan-peralatan gergaji mesin sudah semakin mudah didapat dengan harga relatif murah, untuk mengangkut kayu ketempat penampungan terdekat telah dipakai kenderaan roda empat yang di daerah Kawasan Ekosistem Leuser dinamakan dengan “Mobil Rambo”, tokoh fiksi pahlawan Amerika Serikat tersebut di lokasi tempat tumbuhnya damar menjadi alat utama pelaku teroris lingkungan dipergunakan sebagai senjata yang paling ditakuti oleh sejumlah pohon yang akan di tebang.

Tahun 2000, pohon damar tetap tegak berdiri, terlihat semakin gagah perkasa, dari kejauhan terdengan samar-samar deru mesin gergaji penebang liar, berjenis-jenis kayu pilihan bertumbangan, sahabat-sahabat damar pun hilang entah kemana gerangan.

Abad dua puluh satu atau abad milinium, datang begitu saja dan menjadi opini seluruh masyarakat dunia, saat meninggalkan tanggal 31 Desember 1999 gembira di mana-mana sementara di pedalaman hutan Leuser kayu-kayu bertumbangan dihampir banyak titik lokasi kawasan perlindungan tersebut, pohon damar hanya bisa memelas dan melihat kembali sahabat-sahabatnya berjatuhan ke tanah ibu pertiwi, jika suatu saat bencana datang pasti manusia yang selamat akan menyesal merusak kawasan hutan, tapi biarlah nanti mereka juga rasakan.

Bulan Juli 2003, 110 tahun genab usia pohon damar, ketinggiannya telah mencapai 70 meter, lurus tegak berdiri, diameter batang telah melebihi 1 meter, terlihat dengan jelas walau dari kejauhan, karena hutan sudah terbuka, teman – teman seusianya telah lebih dulu roboh ditebang oleh Teroris Lingkungan di Kawasan Ekosistem Leuser.

Tanggal 11 September 2003, pagi hari terlihat sekelompok Pion Teroris Lingkungan menenteng gergaji mesin, aktivitas penebangan mulai terdengar, satu persatu pohon-pohon pilihan bertumbangan, pion teroris semakin dekat menuju pohon damar, dari jauh mereka telah tersenyum dan semakin dekat bertambah semangat untuk menuju pohon damar, segala macam jenis burung telah lebih awal berterbangan, sekelompok orangutan yang sedang bermain di atas pohon damar lari tunggang-langgang.

Gergaji mesin kembali terdengar, raungnya menggelegar, siap memotong setiap yang harus dipotong, kulit damar telah dimasuki mata gergaji mesin, terhenti karena mulai bertemu dengan lapisan keras batang damar, terdengar kembali tambahan raungan mesin memotong setiap arahan potongan batang damar, damar mulai bergoyang, jatuh berlahan-lahan, terdengar menggelegar mematahkan pohon-pohon kecil disekitarnya, terbanting dengan kuat timbul suara kuat menggemuruh menghantam tanah Leuser, tanah kelahirannya, puluhan pohon-pohon kecil berpatahan dan berhamburan bersamanya, Pion Teroris Lingkungan tersenyum senang, uang tergiang-giang dalam pikiran nya.

Gergaji mesin untuk kesekian kalinya kembali terdengar, pohon damar dibersihkan dan dipotong sesuai pesanan, diangkut melalui jalan siluman menuju ke penampungan kayu terdekat. Teroris Lingkungan tertawa riang, kayu damar pergi jauh entah kemana, nyaris tak terdengar, tetapi ia bisa saja di dekat kita, di dalam rumah kita.

1 komentar:

  1. Meskipun baru berjalan 2 tahun ini, yakin saja bahwa pohon damar tidak akan punah. Pohon damar di Gunung Slamet Banyumas Jawa Tengah masih kokoh dan terjaga. Mari jaga bersama hutan di sekitar kita masing-masing

    BalasHapus