Daun Kering, Ranting dan Pemangkasan Rumput
Dalam kawasan hutan tersisa di Kota Langsa seluas 10 Ha, sumber bahan baku untuk membuat pupuk organik cukup tersedia, daun kering setiap hari berguguran, ranting-ranting tertiup angin dan jatuh ke tanah, sebulan dua kali relawan Bale Juroeng memangkas rumput dalam rangka merawat Hutan Kota Langsa, semua dikumpulkan untuk dijadikan pupuk organik sebagian dipakai sendiri untuk memupuk tanaman di hutan kota, sebagian lainnya di pasarkan terbatas di sekitar Kota Langsa.
Pemasukan dari penjualan pupuk organik tersebut sebagian besar dipergunakan untuk kegiatan perawatan tanaman di hutan kota serta pembelian konsumsi bagi segenab relawan Bale Juroeng. Pupuk organik produksi Bale Juroeng adalah bagian dari upaya-upaya penggalangan dana untuk menutupi pengeluaran swadaya dari kegiatan merawat Hutan Kota Langsa, beginilah salah satu cara para aktivis lingkungan yang tergabung dalam LSM Bale Juroeng menyiasati pengeluaran rutinitas setiap bulannya.
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat melalui proses permentasi secara alami dan sangat mudah dikerjakan, pada dasarnya kearifan lokal masyarakat petani Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan pupuk organik, sebut saja pupuk kandang adalah murni pupuk alami yang diproses dari kotoran hewan dan terbukti sampai sekarang masih banyak digunakan oleh masyarakat petani di kepulauan Nusantara, demikian juga pada masyarakat pedesaan sampai sekarang banyak membuat pupuk organik dari sampah produksi disekitar rumah seperti sisa sayuran, ampas kelapa, daun kering dan ranting-ranting dengan mengumpulkannya kemudian dimasukkan ke lubang sampah untuk ditimbun dan dibiarkan selama kurun waktu tertentu (3 bulan dan 6 bulan). Adi Nasir
a....bagus eunk, tapi kalo boleh ngasih saran, tolong dong jelasin cara kerja mesin pembuat pupuk...ok...
BalasHapus